Semoga Tuhan Benar-Benar Setuju
Juli 03, 2022Gadis ini adalah sepupuku: anak dari adik bapak. Ia ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi mendapati keadaan hidupnya yang serba terbatas ia mengubur mimpi itu. Sekadar membayangkan saja ia tak berani. Tahun lalu kuberanikan diri menawarkan segala daya yang kupunya untuk menggali lagi mimpi itu. Ia setuju, kekasihku setuju, dan semoga Tuhan juga setuju.
Setelah ia menyanggupi ajakanku untuk berjuang bersama, aku langsung bergerak. Kami petakan apa-apa saja yang perlu kami lakukan untuk menggapai mimpi itu. Dan hal pertama dalam rencana kami adalah: mengurus KIP. Kartu itu akan sangat meringankan bebannya di tahun terakhir SMA. Seperti kau tahu, mengurus hal-hal seperti itu tidak mudah di negeri ini. Keluarganya harus terdaftar sebagai Keluarga Sejahtera untuk bisa mendapatkan "bantuan" itu. Sementara, untuk menyandang status Keluarga Sejahtera, kami harus melampirkan bukti pembayaran PBB. Bagaimana bisa, jika rumah saja mereka tak punya? 🙃 Kelurahan tak mampu berbuat apapun. Narahubung dinsos hanya membaca keluhanku melalui WhatsApp dan tak terbalas hingga saat ini. Dalam rencana pertama ini, negara dan beberapa orang belum setuju. Tak mengapa, yang penting bagiku: ia, kekasihku, dan (semoga) Tuhan setuju.
Kami meninggalkan rencana itu dan terus melangkah karena waktu terus berlalu. Rencana berikutnya adalah mengikuti SNMPTN. Namun ternyata nilai rapor yang ia punya tak lebih baik dari sekian banyak teman yang lain. SNMPTN kami lupakan. Kami beranjak ke SBMPTN. Ia tak menyerah. Ia berjuang untuk mendapatkan satu tempat duduk melalui jalur SBMPTN. Di tengah keterbatasan ia terus belajar. Di saat teman-temannya yang lain mampu membeli banyak buku-buku, ia hanya mengandalkan handphonenya yang mungkin saja lelet itu.
Dan tampaknya, Tuhan benar-benar setuju. Dari pilihan yang tampak mustahil: pilihan pertama Teknik Sipil ITS dan yang kedua Teknik Sipil UNS, Alhamdulillah, ia diterima di pilihan keduanya. 🥹 Kami bahkan butuh tiga hari untuk mempercayai ini bukan "prank".
Hari ini kami lega dan gembira, tapi kami tahu ini baru mula. Akan banyak hal yang lebih menantang di depan sana. Semoga Tuhan benar-benar setuju untukku terus membersamainya.
Yang menulis ini sambil membik-membik,
Sitra.
0 comments