Sandingan di Meja Rias Ibuk
Mei 01, 2022Ini meja rias milik Ibuk yang sekarang kubawa ke Caruban. Meja rias ini dulu ada di dalam kamar. Masih bisa kuingat apa yang diletakkan Ibuk di meja rias kala itu, salah satunya lipstik Mirabella warna merah menyala. Aku juga masih ingat, di meja rias itu pula Ibuk menyiapkan sandingan buat Bapak saban Kamis malam--dan awal puasa dan malam takbiran. Dan tak jarang Ibuk memintaku masrahno sandingan: membaca al-Fatihah dan qulhu. Itu yang aku bisa. Aku yang masih usia awal SD menyukai ritual ini. Sebab nantinya kopi itu jadi milikku. Sambil menyesap kopi yang manis sambil aku membayangkan sedang minum dari gelas bekas Bapak.
Lambat laun, tradisi ini memudar juga. Barangkali saat aku SMP sudah tak pernah menjumpai sandingan lagi. Dan aku menggantinya dengan ritual membaca Yaasiin yang kutujukan kepada arwah Bapak dan Ibuk--yang menyusul beliau tahun lalu--meski tak sering.
Hari ini malam takbir dan aku merindukan mereka berdua. Kusiapkan secangkir air gula dan secangkir kopi --seperti yang dicontohkan Ibuk. Kubaca Al-fatihah dan qulhu yang kutujukan kepada arwah Ibuk dan Bapak. Hanya itu yang bisa kulakukan sebab aku tak sanggup lagi membaca Yaasiin karena satu hal.
Aku yakin Allah sangat baik dan tahu apa yang sedang kulakukan.
Selamat malam takbir, teman-teman. Aku mau menyesap air gula dari gelas bekas Ibuk dan kopi dari gelas bekas Bapak.
0 comments